Rabu, 13 Juli 2016

Soliloqui seorang Anak Rantau

Hmmmm.... Sejak saya kecil masalah ini mungkin tidak akan pernah selesai. Iya, masalah rusaknya jalan di Sidamanik ini. Kalau mau jujur, kita tahu penyebabnya. Tapi ya hanya bisa diam dan diam. 

Jalan yang rusak di Sidamanik ya penyebabnya tak lain ya karena korupsi.

Masa sih? Iya. Dari dulu kalee!!!!!

Siapa yg korup? Tanya tuh pejabat daerah setempat! Hehe ... Tapi, mana mungkin ngaku iya, kan?

Saya jadi teringat waktu saya kecil. Saat itu ada proyek pembangunan jalan kecil di daerah dekat rumah saya. Dulu namanya Jalan Nenas, Sarimatondang I, Kec. Sidamanik. Jalan dibangun menggunakan campuran pasir dan batu-batuan yang sebetulnya banyak tersedia di Aek Toru dan Bah Biak.



Singkat cerita, pembangunan Jalan Nenas pun usai. Yang mengejutkan ialah: Alokasi Dana yg dicantumkan dulu di pangkalan Jalan Nenas tadi (tentu sekarang tulisan itu tidak disana lagi, wong waktu itu hanya ditulis menggunakan kertas karton putih) tertulis menghabiskan hingga ratusan juta rupiah. Saat itu saya masih SD. Sekarang baru keanehan itu terasa benar: "Kok ratusan juta rupiah? Hanya dengan bahan begitu dan jalan yang hanya sepanjang gang itu?"

Pada periode tersebut tentunya dana sebanyak itu sudah bisa membangun aspal beton atau jalan tol sejauh 1 km. Tapi, ya sudahlah. Sudah berlalu. Mungkin pejabat daerah yang dulu menjabat saat proyek ecek-ecek terlaksana, tidak menjabat lagi, atau sudah tiada.

Tapi keanehan ini rasanya bukan hanya saya yang merasakan. Sebagai putra daerah yang lahir disana, besar disana entah akan kembali kesana atau tidak kelak, saya titip pesan kepada kaum muda yang masih tinggal disana: Ayooo dong bersuara, jangan mau dibodohi.

Sekarang sudah tahun 2016, belasan tahun sejak kita menikmati kebebasan berpendapat, tentu dengan kehati-hatian dan intensi kritik positif. Wong sekarang Presiden aja bisa dikritik di media sosial kok kalau salah.



Disadur seperlunya dari posting akun FB Rumahorbo.